Kesombongan Manusia
SOMBONG itu adalah sifat mutlak dari sang Khalik, dan hanya sifat ini tidak Allah izinkan untuk dipakai manusia dan makhluk lainnya. Jelas bahwa ayat Allah menyebutkan bahwa "Kesombongan adalah pakaian Ku" karena memang sifat itu mutlak. Maka bahwa kemudian banyak yang menggunakan sifat itu karena rendahnya pemahaman manusia akan hakikat hidupnya.
Yang menjadi masalah adalah rupanya manusia itu sendiri tidak paham tentang sifat sombong itu sendiri sehingga seringkali itu dianggap sebagai sifat percaya diri. Bahwa sombong itu berbeda sekali dengan percaya diri. Seseorang yang percaya diri adalah orang yang sudah memiliki jatidiri karena kompetensi kemudian karena tanggungjawab dan pekerjaannya mungkin seperti atasan dia akan memberi dorongan, kadang punishment atau omelan bahkan makian melihat tingkat keparahan yang dilakukan bawahannya karena tidak memenuhi mutu yang disandarkan.
Sedang sifat sombong menjadikan manusia merasa bahwa ketahuannya sudah paling benar, lupa bahwa diatas langit ada langit sudah dicontohkan oleh Allah SWT. Kesombongan membuat manusia mengumpulkan sifat jelek lainnya seperti suudzon, takabur. Bahkan jika dinasihati ia akan membuang muka, mengalihkan konsentrasi pikirannya dan hanya berkecamuk hati mencemooh dalam hati meski dia diam. Sifat sombong ini menurut penelitian dimiliki hampir oleh semua manusia, kadang samar dengan apa yang disebut ego.
Allah SWT benci sekali dengan orang yang sombong, namun lebih sangat membenci orang miskin yang sombong. Lalu bagaimana kita menakar kemiskinan dan kesombongan kita? Jelaslah bahwa ketika kita dalam titik ilmu tertentu misalnya strata yang ada dipendidikan manusia, ada SD, SMP, SMA, S1, S2, S3, atau sampai profesor. Pada ilmu yang didisiplinkannya, maka banyak mahasiswa kalau menganggap orang yang diatasnya itu sombong saat memberikan wejangan, maka justru si mahasiswa itu sendiri yang sombong terhadap posisi dirinya. Meski dalam hal lain mungkin si profesor juga memang orang yang sombong.
Banyak dokter umum di UGD rumah sakit sombong dengan tidak mau konsul ke spesialisnya saat ada kondisi emergency meski aturannya sudah ada. Namun karena gengsi dan alasan lain akhirnya banyak pasien yang meleset diagnosanya, lambat terdiagnosa pasti karena pemeriksaan penunjang yang tidak spesifik dan sensitif buat penyakit tertentu. Jelas spesialis terkesan sombong karena ketegasan dan karakter keilmuannya, namun lebih sombong si dokter jaga atau dokter umum yang tidak mau konsul terhadap keilmuannya.
Banyak hal lain di manajemen, banyak kesombongan bawahan yang tidak seusai untuk dilakukan yang menyebabkan lambannya sistem akibat tidak dikerjakan dengan baik. Itulah pada hakekatnya kesombongan. Ketika ada toilet yang tidak bersih disuatu kantor, siapa sebenarnya yang sombong? Petugas yang membersihkan atau yang menggunakannya tidak disiplin? Tentu dua duanya akan dikatakan sombong, namun jelas jika periodisasi pembersih toilet tidak dikerjakan maka sebenarnya petugaslah yang sombong.
Kesombongan akan membawa ke sifat jahiliah. Betapa banyak orang gengsi dan sombong dan tidak mau merubah diri mengakibatkan akreditasi institusinya tidak pernah diraih. Karyawan datang hanya mengerjakan tugas pokok, melihat banyak alat berkarat, kotor, tidak steril, nyampur dengan alat yang sudah tidak digunakan tetap saja tidak mau merubah diri meski sudah diberitahu dan tau itu sebuah kesalahan. Kesombongan yang jahiliah itu juga akan menjadikan orang saling lempar tanggungjawab. Itulah kemudian sebenarnya kaum jahiliah juga sudah dianut oleh kaum sekarang.
Betapa contoh kesombongan juga dicontohkan oleh wakil rakyat ketika memperjuangkan dana aspirasi demi kelanggengan kedudukannya, yang tadinya jabatan menjadi pekerjaan, sehingga lupa bahwa jiwa kenegarawannya telah tercabut akibat hedonisme dan meraih uang instan. Undang undang dan pemikiran diserahkan kepada staff pribadinya sehingga sudah sedikt pemikiran murni para wakil rakyat kita yang duduk.
Sumber Berita: http://satelitnews.satelitpost.com/berita-tadabur-bintang-dr-agus-ujianto.html#ixzz4x5jyQmcC Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial No Derivatives
Komentar
Posting Komentar